Jika Menang Pilpres, Trump Minta Umat Kristen Tak Perlu Ikut Pemilu Lagi

3 months ago 42
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Calon presiden dari Partai Republik Donald Trump berusaha menarik perhatian para pemilih Kristen. Saat berpidato di acara Kristen konservatif, Trump menyampaikan mereka tidak perlu memilih lagi jika berhasil membuatnya terpilih kembali sebagai Presiden AS pada November ini.

Dilansir Reuters dan CNN Minggu (28/7/2024), Trump memberi tahu umat Kristen pada hari Jumat, jika mereka memilihnya pada bulan November ini. Trump menyebut akan memperbaikinya.

"Kalian tidak perlu (memilih) lagi. Empat tahun lagi. Tahukah kalian? Semuanya akan diperbaiki, semuanya akan baik-baik saja, kalian tidak perlu memilih lagi, umat Kristenku. Aku mencintaimu, umat Kristen," kata Trump pada acara tersebut, yang diselenggarakan oleh kelompok konservatif Turning Point Action.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya mengasihi Anda orang-orang Kristen. Saya seorang Kristen. Saya mengasihi Anda, keluarlah, Anda harus keluar dan memilih. Dalam empat tahun, Anda tidak perlu memilih lagi, kami akan memperbaikinya dengan sangat baik sehingga Anda tidak perlu memilih," kata Trump menambahkan.

Tidak jelas apa yang dimaksud mantan presiden tersebut dengan pernyataannya, dalam kampanye Pilpres, lawan politiknya, Demokrat menuduhnya sebagai ancaman bagi demokrasi, dan setelah upayanya untuk membatalkan kekalahannya pada tahun 2020 terhadap Presiden Joe Biden, sebuah upaya yang menyebabkan pemberontakan mematikan di Gedung Capitol AS pada tanggal 6 Januari 2021.

Juru bicara kampanye Trump Steven Cheung tidak secara langsung menanggapi pernyataan Trump ketika diminta untuk mengklarifikasinya.

Cheung mengatakan Trump "berbicara tentang menyatukan negara ini," dan menyalahkan "lingkungan politik yang memecah belah" atas upaya pembunuhan Trump dua minggu lalu. Penyidik belum memberikan motif mengapa pria bersenjata berusia 20 tahun itu menembaki Trump.

Dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada bulan Desember, Trump mengatakan bahwa jika ia memenangkan pemilihan pada tanggal 5 November, ia akan menjadi seorang diktator, tetapi hanya pada "hari pertama", untuk menutup perbatasan selatan dengan Meksiko dan memperluas pengeboran minyak.

Partai Demokrat telah memanfaatkan komentar itu. Trump sejak itu mengatakan bahwa pernyataan itu adalah lelucon.

Jika Trump memenangkan masa jabatan kedua di Gedung Putih, ia hanya dapat menjabat selama empat tahun lagi sebagai presiden. Presiden AS dibatasi hingga dua masa jabatan, berturut-turut atau tidak, berdasarkan Undang-Undang Dasar AS Konstitusi.

Simak Video: Trump Sebut Kamala Harris Mau Hancurkan Konstitusi Lewat Mahkamah Agung

[Gambas:Video 20detik]

(yld/idn)

Read Entire Article