ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Kekhawatiran meningkat di kalangan warga Israel atas nasib puluhan sandera yang masih ditawan di Gaza, setelah pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran, ibu kota Iran.
Pembunuhan Haniyeh "merupakan kesalahan karena mengancam kemungkinan adanya kesepakatan penyanderaan," kata Anat Noy, seorang penduduk kota pesisir Haifa, dilansir kantor berita AFP, Rabu (31/7/2024).
"Kami bangun hari ini dengan rasa takut di hati kami bahwa ini dapat meningkat lebih jauh. Tidak ada ketenangan... kami takut," ujar pria Israel berumur 50-an tahun itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan senang ketika para sandera kembali ke rumah dan perang akan berakhir," kata warga Haifa lainnya, Avit Ben-Ishai.
Pada hari Rabu, kelompok Hamas dan Garda Revolusi Iran mengumumkan bahwa Haniyeh (61) telah tewas di Teheran dalam serangan rudal Israel. Haniyeh berada di ibu kota Iran untuk menghadiri pelantikan Presiden Masoud Pezeshkian pada hari Selasa (30/7) kemarin.
Media Iran melaporkan bahwa Haniyeh tewas akibat serangan rudal pada Rabu (31/7) yang menghantam kediaman yang ditinggalinya selama berada di Teheran. Serangan ini terjadi setelah Haniyeh menghadiri pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian sehari sebelumnya.
"Haniyeh, yang datang ke Iran untuk menghadiri seremoni pelantikan presiden, sedang tinggal di salah satu kediaman khusus veteran perang di Teheran bagian utara, ketika dia menjadi martir oleh sebuah rudal yang diluncurkan dari udara," kata berita Fars dalam laporannya.
Simak Video 'Iran Kutuk Israel atas Kematian Pemimpin Hamas: Tugas Kami untuk Membalas':
Sejumlah media lokal Iran lainnya menyampaikan laporan serupa.